Sabtu, 21 Maret 2015

Suku Betawi

Terbentuk sejak abad
ke-17, Jakarta merupakan
tempat bercampunya
etnis, suku bangsa, dan
percampuran latar
belakang sosial
masyarakat yang
berbeda, dimana
masyarakat aslinya
menggunakan bahasa
Betawi sebagai bahasa
sehari-hari. Masyarakat
homogen yang terbentuk
secara alamiah ini
kemudian menjadi suku
bangsa yang disebut
dengan Orang Betawi.
Nama “Betawi” sendiri
berasal dari nama yang
diberikan Belanda, yakni
“Batavia”, dan mulai
populer sebagai suku
Betawi pada 1918 oleh
Mohammad Husni
Tamrin ketika mendirikan
perkumpulan “Kaum
Betawi”. Namun
merunut dari sejarahnya,
Betawi atau Batavia ini
menurut Bunyamin
Ramto terbagi menjadi
dua bagian, yaitu bagian
Tengah dan Pinggiran.
Betawi bagian pinggiran
atau yang lebih sering
disebut sebagai Betawi
Ora ini juga terbagi dua,
bagian uatara dan bagian
selatan. Betawi Ora
adalah masyarakat
Betawi yang didominsai
oleh orang Jawa dan
dihuni juga oleh suku
lainnya. Sebagian besar
Betawi Ora ini adalah
petani yang menanam
padi, pohon buah, dan
sayur-mayur. Pada
bagian utara, kawasan ini
meliputi Jakarta Utara,
Barat, Tangerang yang
juga dipenuhi oleh etnis
Cina. Adanya etnis Cina
di wilayah ini
berpengaruh pada
kebudayaan daerah
tersebut, terutama
kesenian. Bagian selatan
meliputi daerah Jakarta
Timur, Selatan, Bogor,
dan Bekasi yang pada
daerah tersebut
dipengaruhi oleh
kebudayaan Jawa dan
Sunda.
Perbedaan dua bagian
wilayah ini juga
berpengaruh pada mata
pencaharian
masyarakatnya. Orang-
orang pada Betawi
tengah secara umum
bekerja sebagai
pedagang, pegawai
pemerintah, pegawai
swasta, buruh, tukang
seperti meubel.
Sedangkan pada orang-
orang Betawi pinggiran
mayoritas bekerja
sebagai petani,
pemelihara ikan, bahkan
akhir-akhir ini banyak
yang melamar jadi buruh
pabrik.
Pluralisme yang terjadi
pada masyarakat Betawi
ini pula berdampak pada
bahasa yang digunakan.
Sebagian besar
penduduknya adalah
orang Jawa, Sumatra,
Bugis, etnis Tionghoa,
Belanda, Arab, Inggris,
dan masih banyak lagi,
sehingga bahasa Betawi
yang digunakan adalah
campuran dari bahasa
Indonesia dan bahasa
Melayu Sumatra atau
Melayu Malaysia. Sten,
Masyarakat yang plural
ini pada dasarnya
menganut berbagai
kepercayaan, mulai dari
Islam, Kriten,Protestan
maupun Katolik, Hindu,
ataupun Budha. Tetapi
dari sekian banyak
agama yang ada di
Betawai, Islam memiliki
pengaruh yang besar dan
menjadi kepercayaan
paling dominan disana.
Hal ini bahkan terlihat
dari tata cara hidup
masyarakat Betawi asli.
Betawi adalah suku yang
multi kultural sehingga
prinsip yang diusung
pada sistem
kekerabatannya adalah
adalah bilineal atau
menarik garis keturunan
kepada pihak ayah dan
pihak ibu. Saat
melangsungkan adat
pernikahan sekalipun
tergantung pada
kesepakatan kedua belah
pihak akan menetap
secara patriarki atau
matriarki. Meskipun
secara umum masyarakat
Betawi menyepakati
sistem yang patriarki.
Sebagai ibu kota dan
pusat informasi, Betawi
tengah maupun Betawi
pinggiran tidak pernah
tertinggal dari informasi
maupun perkembangan
IPTEK. Sejak dahulu saja
masyarakat Betawi sudah
ketergantungan pada alat
yang diproduksi Jepang
dan negara penjajah
lainnya, seperti senjata
api, kapal laut, kompas,
teropong, bahkan
peralatan pabrik dan alat
bercocok tanam.Hal itu
berlanjut hingga kini,
bahkan melalui IPTEK ini
pula muncul informasi
dan inovasi baru yang
lahir dari masyarakat
Betawi itu sendiri.
Berada pada pusat
pemerintahan,
memudahkan Betawi
mengakses segala bentuk
informasi dan alat-alat
pendukung yang
berkaitan dengan
teknologi. Betawi lahir
menjadi suku yang maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar